Sistem Otomatisasi Pengereman Motor DC Secara Elektris Sebagai Referensi Sistem Keamanan Mobil Listrik 2019



Sistem Otomatisasi Pengereman Motor DC Secara Elektris Sebagai Referensi Sistem Keamanan Mobil Listrik
Basofi Luqman1
Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tidar
Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah 56116

Abstraksi - Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membuat sistem otomatisasi pengereman motor DC secara elektris yang digunakan sebagai referensi sistem keamanan mobil listrik. Dengan mengatur besar kecil tegangan yang diterima motor DC dan dengan menggunakan sensor ultrasonik jenis ping sebagai parameter tegangan yang diterima motor DC. Maka laju mobil listrik akan terhenti sebelum terjadi tabrakan. Pengereman menggunakan 2 metode, pengereman secara dinamis dan secara plugging. Pengereman secara dinamis yaitu dengan menurunkan dan menaikan tegangan menggunakan metode pwm berdasarkan pembacaan sensor jarak ultrasonik. Sedangkan pengereman secara plugging yaitu dengan membalik polaritas sumber pada jarak dibawah 30 cm, sehingga motor akan berputar balik untuk menghindari sisa putaran motor yang sudah tidak mendapatkan supply tegangan. Dari kedua metode ini didapat beberapa kondisi motor akan berhenti secara bertahap.
Kata Kunci---Motor DC, Pengereman, Sensor Ultrasonik PING, pwm, Mobil Listrik




I.  PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dICiptakan di dunia. Salah satu perkembangan teknologi saat ini adalah bermunculannya mobil listrik. Mobil listrik merupakan teknologi terbaru pada kendaraan roda empat yang memanfaatkan sumber  listrik sebagai bahan bakarnya dan motor listrik sebagai penggeraknya. Pada perkembangan penciptaan mobil listrik, kecelakaan merupakan suatu kejadian dimana pengemudi mengalami kelalaian dalam berkendara atau kegagalan pada sistem pengereman manual.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dibuat suatu sistem pengaman otomatis pada motor listrik dengan cara pengurangan dan penambahan sumber tegangan menggunakan metode pwm (pulse width modulation) serta menggunakan sensor ultrasonik sebagai indikator putaran motor DC pada mobil listrik yang mampu memberikan pembacaan adanya benda pantul yang menghalangi laju mobil listrik sehingga laju mobil listrik akan terhenti sebelum terjadi tabrakan.
II.   TINJAUAN PUSTAKA

A.   Motor Direct Current (DC)
Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor DC atau sering disebut motor arus searah lebih sering digunakan untuk keperluan yang membutuhkan pengaturan kecepatan dibandingkan dengan motor ac. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen. Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan tegangan searah sebagai sumber tenaganya.
motor

Gbr. 1 Motor DC sederhana[7]

Mekanisme kerja untuk motor DC :
1)       Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya
2)       Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi            sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan meda magnet akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
3)       Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar kumparan.
4)       Motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan

DC. Berikut tiga metode sistem pengereman pada motor listrik :

1)       Pengereman secara regenerative
2)       Pengereman secara regenerative adalah pengereman yang dilakukan dengan menghubungkan antara polaritas positif dan negative, sehingga akan didapat putaran motor akan berhenti dengan cepat.
3)       Pengereman secara Dinamis
4)       Pengereman yang dilakukan dengan melepaskan jangkar yang berputar dari sumber tegangan dan memasangkan tahanan pada terminal jangkar.
5)       Pengereman secara Plugging
6)       Pengereman yang dilakukan mampu menghentikan motor lebih cepat dengan menggunakan metode yang disebut metode plugging. Prinsip kerjanya adalah membalikkan arus angker dengan cara membalik terminal sumber. Sehingga  akan didapat kondisi motor berbutar balik seiring polaritas sumber terbalik.

B.   Mikrokontroler ATmega 16
AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. AVR ATmega16 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVR RISC yang memiliki kemampuan tinggi dengan daya rendah. Mikrokontroler ini mampu mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz. memiliki kapasitas flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 Kbyte.
Jika dibandingkan dengan ATmega16L perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang diperlukan untuk bekerja. Untuk ATmega16 tipe L, mikrokontroler ini dapat bekerja dengan tegangan antara 2,7-5,5 V sedangkan untuk ATmega16 hanya dapat
bekerja pada tegangan antara 4,5–5,5 V[10]

medan .
Ada tiga metode sistem pengereman secara elektris yang dapat diaplikasikan pada motor



atmega16


Gbr. 2 Konfigurasi pin ATmega16[10]

C.    Pulse Width Modulation (pwm)
Pulse Width Modulation (pwm) atau modulasi lebar pulsa, merupakan sinyal digital berupa gelombang kotak (square wave) dimana duty cycle dari gelombang kotak tersebut dapat setting sesuai dengan kebutuhan sistem. Gelombang kotak f(t) yang ideal dengan periode T ditunjukkan seperti pada gambar 3.

glombang

Gbr. 3 Gelombang kotak f (t) yang ideal dengan periode T[2].

D.    Sensor Ultrasonik
Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan besar frekuensi diatas frekuensi gelombang suara (speech signals) yaitu lebih dari 20 KHz[1]. Seperti telah disebutkan bahwa sensor ultrasonik terdiri dari rangkaian pemancar ultrasonik yang disebut transmitter dan rangkaian penerima ultrasonik yang disebut receiver. Sinyal ultrasonik yang dibangkitkan akan dipancarkan dari transmitter ultrasonik. Ketika sinyal mengenai benda penghalang, maka sinyal ini dipantulkan dan diterima oleh receiver

ultrasonik. Sinyal yang diterima oleh rangkaian receiver dikirimkan ke rangkaian mikrokontroler untuk selanjutnya diolah untuk menghitung jarak terhadap benda di depannya (bidang pantul)[1].

III.   METODE PENELITIAN

A.    Analisis Kebutuhan
Seperti yang sudah diketahui bahwa sistem yang ada sekarang belum berjalan maksimal untuk menciptakan keamanan berkendara pada mobil listrik. Untuk itu perlu dirancang sebuah sistem kendali berupa pengereman secara otomatis pada putaran motor DC yang digunakan sebagai referensi untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada pengendara mobil listrik. Setelah melakukan study, didapatkan kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan oleh sistem, yakni :
1)       Motor arus searah
2)       Menggunakan rangkaian driver jenis H- bridge dengan IC L298 yang diharapkan mampu mengatur kecepatan motor DC dengan metode Pulse width modulation (pwm). Dan menggunakan driver relay yang mampu mengendalikan arah putaran motor DC
3)       Menggunakan mikrokontroler ATmega16 yang digunakan sebagai pengendali utama antara kecepatan motor DC dan jarak yang terbaca oleh sensor jarak ping.
4)       Menggunakan software Code Vision AVR yang digunakan sebagai media penulisan perintah yang kemudian akan dimasukan ke Mikrokontroler menggunakan downloader.
5)       Menggunakan rangkaian minimum mikrokontroler, yang berfungsi memudahkan penggunaan mikrokontroler.
6)       Menggunakan sensor ultrasonik jenis Ping yang berfungsi sebagai komponen yang mampu membaca jarak benda pantul yang berada didepannya.
7)       Menggunakan LCD, dan menggunakan Tachometer sebagai media informasi

kondisi tegangan, kecepatan putaran, serta jarak benda yang terdeteksi oleh sensor.
8)       Menggunakan papan kayu, kaca bening serta styrofoam yang akan digunakan sebagai media benda pantul sensor ultrasonik, sehingga didapat data analisa perbedaan pembacaan sensor terhadap benda pantul yang memiliki kepadatan yang berbeda-beda.

B.    
Text Box: Benda Pantul
Disain Sistem




Gbr. 4 Blok diagram rangkaian pengereman motor DC

Perancangan             dimulai             dengan menghidupkan motor DC dengan tegangan masukannya sebesar 12 VDC. Dimana 12 Volt adalah tegangan yang telah ditentukan pada alat sebagai tegangan maksimum dari prototipe ini. Motor DC sudah terhubung dengan beberapa komponen yang berfungsi sebagai rangkaian pengendali putaran, Dengan menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai indikator jarak benda yang mendekat yang kemudian akan memberikan informasi ke mikrokontroler dengan pin input/output berupa Echo, masukan dari sensor ultrasonik akan diproses secara digital yang kemudian akan dikonfigurasikan dengan pin OC1A yang berfungsi  sebagai pembangkit sinyal Pulse Width Modulation (pwm).
Sinyal pwm berupa Dutty cycle dari tegangan output. Pin OC1A akan terhubung dengan rangkaian driver motor, dengan mengatur lebar pulsa pwm, maka motor akan dapat diatur kecepatannya. Lebar pulsa yang dikeluarkan oleh mikrokontroler berupa

sinyal high dan low tegangan, sehingga yang diatur adalah besar kecilnya tegangan yang dimasukan ke kaki IC L298. Sehingga masukan dari sumber akan berbanding lurus dengan besar pulsa dari mikrokontroler.

C.    Rancangan Rangkaian Otomatisasi Pengereman Motor DC
Berikut adalah rancangan sistem kendali pengereman otomatis yang disimulasikan software proteus :
Gbr. 5 Skema rangkaian otomatisasi pengereman motor DC
Pada perancangan otomatisasi pengereman motor DC secara elektris, dengan cara mencacah nilai tegangan yang masuk ke motor akan memberikan penurunan putaran motor DC secara perlahan. Hal tersebut akan dirancang dengan menggunakan beberapa rangkaian yang tampak pada gambar 5.

D.   Rancangan rangkaian Driver Motor DC
1)    Rangkaian Driver Menggunakan IC L298

Gbr. 6 Rangkaian driver motor IC L298

Rangkaian driver motor DC pada penelitian ini menggunakan IC L298. Dimana IC L298 adalah pengendali motor yang sangat

sederhana. IC L298 memiliki 15 kaki pin yang digunakan sebagai masukan dan keluaran. Pada penelitian, pin yang digunakan adalah pin.5 yang difungsikan sebagai masukan high dan pin.7 sebagai masukan pwm. Sedangkan pin.11 digunakan sebagai Enable. Untuk pemberian sumber tegangan motor terdapat pada pin 4, pin ini mampu menerima tegangan maksimum 50 volt dengan arus 2 ampere, sedangkan untuk sumber tegangan IC sendiri teradapat pada pin.9.

2)    Rangkaian Driver Menggunakan Relay
Dalam sistem pengereman motor DC dengan metode pengurangan sumber tegangan secara perlahan-lahan, masih mengalami kendala pada sisa putaran yang terjadi ketika sumber tegangan dalam keadaan 0 volt. Hal ini membuat motor akan terus berputar walau sumber 0 volt. Sehingga pada penelitian menggunakan rangkaian driver relay, dimana rangkaian driver akan difungsikan sebagai pembalik polaritas dari sumber utama. Dengan demikian maka putaran motor akan berbalik arah pada kondisi yang telah ditentukan. pada gambar 7 adalah kondisi normal rangkaian driver relay. Sedangkan gambar 8 adalah gambar rangkaian relay kondisi putar balik
Gbr. 7 Rangkaian driver relay kodisi normal


Gbr. 8 Rangkaian driver relay kodisi terbalik

Pada gambar 7 dan gambar 8 terdapat 4 buah relay yang digunakan sebagai switching polaritas sumber. Lampu indikator pada rangkaian akan sedikit membantu bagaimana kondisi laju tegangan yang sedang bekerja, sehingga akan lebih mudah dalam penyampaian informasi. Pada rangkaian yang dibuat, selain relay terdapat juga beberapa komponen lainnya, seperti resistor. Dimana resistor yang digunakan sebelum IC uln 2003 dihubungkan ke mikrokontroler. Fungsi dari resistor tersebut adalah sebagai penyetabil tegangan dan arus yang masuk ke rangkaian. Dimana masukan yang berasal dari kaki mikrokontroler akan terhubung dengan IC uln 2003.
Prinsip kerjanya adalah Pada kondisi sensor jarak mendeteksi suatu benda pada jarak diatas 30 cm, maka rangkaian driver relay akan berada pada kondisi seperti pada gambar 3.4. dan ketika pada jarak 0 cm sampai 30 cm, maka rangkaian driver relay akan berada pada kondisi seperti pada gambar
3.5. Pada sistematika yang telah dirangkai, driver relay akan dihubungkan ke mikrokontroler. Dimana relay 1 dan 4 akan terhubung dengan pin.b.2 dan pin.b.5. Sedangkan relay 2 dan 3 akan terhubung dengan pin.b.3 dan pin.b.4. Dengan memberikan kondisi high dan low, maka putaran motor akan dapat diatur arahnya.

E.    Diagram Alir Prinsip kerja Alat
Berikut adalah diagram alir Penelitian, dimana proses dimulai dari mikrokontroler yang men-trigger sensor ultrasonik ping sehingga mampu melakukan pengukuran terhadap benda pantul yang berada di depannya, sinyal kemudian diterima kembali oleh mikrokontroler untuk kemudian di eksekusi. Hasil pengukuran kemudian diterjemahkan mikrokontroler untuk sebagai masukan driver motor. Masukan dari mikrokontroler akan mengatur besar kecilnya sumber tegangan yang diterima motor DC dengan menggunakan metode pwm.

Gbr. 9 Diagram Alir Sistem Kerja Alat

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Spesifikasi Perangkat Keras
Pada penelitian Otomatisasi Pengereman Motor DC Secara Elektris Sebagai Referensi Sistem Keamanan Mobil Listrik ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Nama                  : Otomatisasi Pengereman

Motor DC Secara Elektris Sebagai Referensi Sistem Keamanan Mobil Listrik
Tegangan            : 12 Volt
Arus maks          : 2 Ampere
Sistem Kendali : Mikrokontroler ATmega16
Software             : Code Vision AVR Sensor jarak  : Sensor Jarak Ultrasonik
PING
Driver motor       : IC L298, Relay 12 volt Beban     : Motor DC

B.    Rangkaian Otomatisasi Pengereman secara Elektris
Untuk menghentikan laju putaran motor DC secara otomatis dapat dilakukan dengan metode penurunan supply daya. Dengan demikian putaran motor akan melambat seiring berkurangnya supply daya yang diterima. Parameter yang digunakan pada pengereman juga dapat diberikan dengan berbagai     indikator.                                             Pada penelitian pengereman secara otomatis ini menggunakan sensor jarak sebagai indikatornya. Pada tugas akhir otomatisasi pengereman secara elektris pada putaran motor DC merupakan penggabungan dari beberapa rangkaian kendali yang akan digunakan, berikut beberapa rangkaian yang digunakan :
1)       Rangkaian sensor jarak Ultrasonik ping
2)       Rangkaian      minimum      mikrokontroler ATmega16
3)       Rangkaian driver IC L298
4)       Rangkaian driver Relay
5)       Rangkaian regulator
Perangkat keras dari otomatisasi pengereman secara elektris pada putaran motor DC dapat dilihat pada gambar 10 berikut ini :


Gbr. 10 Rangkaian Otomatisasi Pengereman secara Elektris

Sistem kerja dari rangkaian pengereman putaran motor DC secara otomatis ini adalah sensor jarak ping menjadi masukan untuk rangkaian minimum mikrokontroler ATmega16 yang telah diprogram sesuai kebutuhan. Selanjutnya keluaran dari mikrokontroler dihubungkan ke rangkaian Driver motor. Dengan perbandingan data jarak dan supply tegangan, motor akan berhenti berputar dengan berkurangnya masukan daya, sampai pada jarak 30 cm, maka polaritas dari sumber akan dibalik selama 3 detik agar sisa putaran dapat diminimalisir.

C.    Perangkat Lunak
Pada tugas akhir ini menggunakan pemograman bahasa C dengan software Code Vision AVR dan proteus 7 profesional. Dimana Code Vision AVR digunakan untuk membuat program menggunakan bahasa C dan proteus 7 profesional digunakan untuk simulasi rangkaian yang akan dibuat dan dioperasikan.
Prinsip kerja dari program yang pertama adalah mengoperasikan sensor jarak ping. Kemudian data akan ditampilkan pada layar LCD untuk dapat mengetahui berapa jarak antara sensor dan benda. Dengan beberapa

ketentuan yang akan ditampilkan di LCD, program akan diberikan 3 kondisi. Kondisi pertama ketika sensor mendeteksi benda berada lebih dari 250 cm, maka pada LCD akan tampil “Kondisi Aman”, pada kondisi dua pada saat polaritas dibalik maka akan tampil “reverse”. Dan kondisi ketiga adalah kondisi dimana sensor melakukan propagasi terhadap benda yang ada dihadapannya, pada kondisi ketiga ini, LCD hanya menampilkan jauh jarak yang terbaca.
Program kedua adalah program driver motor DC dengan menggunakan sistem Pulse width modulation (pwm). Dengan menggunakan sistem pwm, maka dibangun sistem perbandingan antara masukan pulsa ke driver motor dan masukan nilai tegangan yang berasal dari power supply. Dalam hal ini perbandingan antara 0 volt sampai 5 volt, dan 0 volt sampai 12 volt. Hubungan antara nilai pwm dan tegangan adalah berbanding lurus. Semakin besar nilai pwm maka nilai tegangan semakin besar. Besar pwm yang digunakan pada penelitian ini adalah 8bit, sehingga nilai dalam bentuk desimalnya 256. Jadi, ketika nilai pwm sebesar 0 maka nilai tegangan keluaran dari mikrokontroler 0 volt. Sedangkan perbandingan tegangan masukan dari mikrokontroler terhadap masukan sumber utama yang bernilai 12 volt adalah semakin besar nilai tegangan yang masuk ke driver motor, maka semakin kecil keluaran tegangan sumber. Untuk dapat mengetahui nilai tegangan yang sedang bekerja, data tersebut ditampilkan pada LCD

D.   Pengujian Perangkat Keras
1)    Pengujian Sensor Jarak Ping
Pada penelitian, pengujian dilakukan pengukuran jarak sensor ultrasonik dengan jarak sebenarnya menggunakan mistar per 10 cm sampai jarak 250 cm. Dengan melakukan kalibrasi dengan alat ukur mistar, dimana mistar yang digunakan adalah mistar dengan panjang 60 cm, dengan membuat garis lurus dengan mistar tersebut, didapatlah jarak ukur

sepanjang 300 cm. Penggunaan mistar sebagai alat ukur yang digunakan, akan didapat nilai error yang disebabkan kesalahan dalam pengelihatan dalam penentuan jarak. Tetapi dalam penelitian ini sudah dilakukan pengukuran dengan ketelitian tinggi, sehingga diharapkan dapat memperkecil nilai error dari pembacaan jarak yang dibuat dengan mistar. Dengan demikian, mistar tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat pengukur jarak yang mampu digunakan sebagai media kalibrasi sensor jarak yang digunakan.
Benda yang digunakan sebagai indikator
jarak adalah benda padat dengan kepadatan yang berbeda-beda, benda tersebut berupa papan kayu, kaca bening, dan styrofoam. Dengan Penggunaan tiga benda tersebut, diharapkan dapat diketahui berapa tingkat keakuratan dalam pembacaan dengan benda pada, benda berongga dan tidak padat seperti styrofoam, serta benda yang transparan. Gambar 4.2 Berikut adalah data hasil pengujian dan contoh tampilan pembacaan jarak yang dilakukan pada ketiga benda tersebut:


Gbr. 11 Pembacaan jarak terhadap papan kayu

Tabel 1 Data hasil pengujian pengukuran jarak dengan Sensor Ultrasonik Ping

Alat ukur Mistar Besi (cm)
Alat Ukur Sensor Ultrasonik ping
Papan Kayu (cm)
Kaca bening (cm)
Styrofoam
(cm)
0
0
0
0
20
21
21
21
40
41
41
42
60
62
61
62
80
81
81
82
100
101
101
102
120
121
122
122
140
140
141
142
160
162
162
162
180
183
183
183
200
203
202
204
220
223
225
224
240
243
244
245
250
250
251
251

Dari data hasil pengujian sensor ultrasonik yang terdapat pada tabel 1 dapat  dilihat bahwa pengujian dengan menggunakan benda pantul yang berbeda-beda bahan penyusunnya, data yang didapat dalam pembacaan hanya berbeda sedikit antar  benda. Pada benda pantul papan kayu, data yang didapat dalam pembacaan sensor jarak tersebut hanya sedikit berbeda dengan jarak sebenarnya. Selisihnya hanya berbeda 1cm sampai 4 cm. Begitu juga dengan menggunakan benda pantul lainnya, sehingga sensor ultrasonik ini sudah bekerja secara maksimal.

2)    Pengujian rangkaian driver motor DC
Pada tugas akhir otomatisasi pengereman secara elektris pada putaran motor DC perlu dilakukan pengujian pada rangkaian driver motor. Tujuan dari pengujian driver motor ini adalah untuk mengetahui berapa nilai tegangan normal dan arus normal yang dapat dioperasikan, serta melihat kondisi  output dari driver IC L298. Apakah sesuai dengan instruksi  dari  setting  pwm  yang  diberikan.

Berikut data pengujian dari driver motor dengan menggunakan nilai pwm yang ditentukan.

Tabel 2 Data hasil pengujian driver H-bridge IC L298
Setting pwm
( 0 – 255)
Tegangan (Volt)
Nilai Putaran (RPM)
0
0
0
160
5.9
45
170
6.3
58
180
7.0
89
190
7.5
112
200
7.9
124
210
8.3
128
220
8.6
150
230
8.8
162
240
9.3
172
250
9.5
190
255
9.8
200

Pengujian driver IC L298 menggunakan sumber 12 volt. Dengan memberikan delay pada setting program pwm, maka tegangan masukan tersebut dapat melewatkan tegangan yang sesuai dengan kenaikan nilai pwm. Sehingga driver H-Bridge IC L298 dalam kondisi baik.
Sedangkan Pada pengujian driver relay dilakukan dengan mencoba 2 kondisi, yaitu dengan mengaktifkan dua relay dari 4 relay yang terpasang, sehingga dapat diketahui switching relay dapat berfungsi atau tidak. Dengan menghubungkan satu pin ke mikrokontroler, maka dengan memberikan kondisi high atau low relay akan mampu dikendalikan. Berikut pengujian pada relay:
Gbr. 12 Kondisi Relay 1 dan Relay 4 aktif

Dari pengujian dengan memberikan trigger high pada relay 1 dan 4, maka hanya relay 1 dan 4 yang aktif. Sedangkan relay 2 dan 3 dalam kondisi tidak aktif. Pada kondisi relay 1 dan 4 aktif, maka kondisi motor berputar kea arah kanan. Pada pengujian selanjutnya, ditunjukan pada gambar 13.

Gbr. 13 Kondisi Relay 2 dan Relay 3 aktif

Melihat gambar 13 dengan memberikan trigger ke relay 2 dan 3, maka relay yang aktif adalah nomor 2 dan 3. Pada kondisi relay 2 dan 3 aktif maka pada kondisi motor akan berputar balik, hal ini terjadi karena relay membalik polaritas dari supply tegangan yang masuk. Sehingga pengereman plugging dapat dikendalikan dengan menggunakan driver relay.

3)    Pengujiana perangkat keras secara Keseluruhan
Pada pengujian ini menggunakan semua komponen yang dibutuhkan, diantaranya
·         Dua buah Power Supply DC
·         Rangkaian Pengereman Otomatis pada Putaran Motor DC
·         Multimeter Digital
·         Tachometer
·         Papan kayu, kaca dan styrofoam sebagai media benda penghalang
·         Motor DC
Komponen–komponen tersebut dirangkai dalam satu kesatuan dan komponen- komponen tersebut telah diuji secara satu persatu sebelum digabungkan. Tujuan dari

pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah alat otomatisasi pengereman motor DC secara elektris bekerja dengan baik dan benar.
Berikut gambar rangkaian keseluruhan rangkaian alat otomatisasi pengereman motor DC secara elektris sebagai referensi sistem keamanan mobil listrik:










Gbr. 14 Pengujian rangkaian secara keseluruhan Tabel 3 Tabel Pengujian alat menggunakan beban
1.5   kg

Pada tabel 3 terdapat kondisi pada jarak 30 cm sampai 0 cm motor akan berputar balik selama 3 detik. Setelah 3 detik motor akan kembali mendapat masukan 0 volt dari sumber.
Pengujian selanjutnya adalah untuk mengetahui tingkat respon motor terhadap benda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa kecepatan respon pengereman motor DC ketika sensor mendeteksi benda. Berikut pengujian yang dilakukan dengan memvariasikan delay waktu eksekusi pada program dan delay waktu pada motor.

Tabel 4 Tabel Pengujian respon putaran motor

Setting delay (ms) pada driver
motor
Waktu Delay Pengujian
(s)
50
0.22
75
0.30
100
0.54
125
0.77
150
0.86

Dari beberapa waktu delay yang dituliskan pada program, maka didapat data yang terdapat pada tabel 4. Dari pengujian tersebut, ketika delay diberikan dibawah 100  ms, maka akan terjadi error pada pembacaan jarak di LCD serta pada eksekusi putaran motor. Sehingga sistem yang dibuat pada penelitian ini hanya mampu bekerja dengan delay waktu selama 0.54 detik untuk dapat mengeksekusi respon yang diberikan sensor ultrasonik yang

Jarak Benda
(cm)
Tegangan
(Volt)
Nilai Putaran
(RPM)
1 – 30
- 4.8
30
31 – 40
0
0
41 – 50
5.8
44
51 – 60
6.1
45
61 – 70
6.2
50
71 – 80
6.3
58
81 – 90
6.5
62
91 – 100
6.8
83
101 – 110
7.06
89
111 – 120
7.3
98
121 – 130
7.5
112
131 – 140
7.73
118
141 – 150
7.92
124
151 – 160
8.17
125
161 – 170
8.31
129
171 – 180
8.5
131
181 – 190
8.62
150
191 – 200
8.72
155
201 – 210
8.86
160
211 – 220
9.05
163
221 - 230
9.3
172
231 – 240
9.53
181
241 – 250
9.52
190
> 250
9.83
194

 
proses        mikrokontroler        untuk        dapat dihubungkan ke driver motor.


V.      KESIMPULAN

Dari serangkaian penelitian, pengujian, dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1)   Pengereman pada motor DC dilakukan dengan dua metode, Pengereman secara Dinamis dan Pengereman secara Plugging.
2)   Motor DC dapat berhenti secara bertahap. Dengan menggunakan metode pwm, keluaran tegangan yang masuk ke motor

DC akan dikendalikan besar kecilnya, sehingga didapat beberapa kondisi motor akan berhenti secara bertahap.
3)   Untuk menjaga keamanan pada sisa putaran setelah supply terputus, sistem membalik polaritas yang masuk ke motor DC, sehingga sisa putaran dapat diminimalisir.
4)   Otomatisasi pengereman pada putaran motor DC ini, diharapkan dapat menjadi referensi pada sistem keamanan pada mobil listrik.

REFERENSI

[1]     Ricky Ardi Yosua Sidauruk dkk. 2016. Implementasi mikrokontroler ATmega8535 berbasis sensor ultrasonik untuk proteksi keamanan terpadu. Bandung. Politeknik Telkom
[2]     Baharuddin, Rhiza S.Sadjad, Tola Muhammad. 2012. Sistem pengendalian kecepatan motor DC berbasis pwm (pulse width modulation). Sulawesi Tenggara.
Universitas Hasanudin
[3]     Prabowo, Brilliant Adhi. Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai PemICu. Pusat Penelitian Informatika, LIPI
[4]     Sulasno dan agus prayitno, Thomas. 2009.
Teknik sistem control-Edisi pertama.
Yogyakarta. Graha ilmu
[5]     A.E. Fitzgerald, Kingsley Charles, Umans D Stephen, dan Achyanto Djoko. 2017. Mesin- mesin listrik-edisi keempat. Jakarta. Erlangga
[6]     Ardi Winoto, Mikrokontroller AVR ATmega 8/32//16/8535 dan Pemogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR.2018.

LihatTutupKomentar

Recent

Comments

Subscribe Here

Popular